Selasa, 12 Maret 2013

selamat siang menjelang sore :)
waduh udah lama gak ketemu ama temen2 DO YOU KNOW yaaaa
kali ini kita bakal ngebahas GOA DI PACITAN NIH....!
DO YOU KNOW GOA TABUHAN...???

Tak salah kalau Pacitan djuluki Kota seribu satu Goa. walaupun Goanya tak ada seribu, tercatat hanya sekitar puluhan, namun hal itu sudah cukup membuktikan kalau Pacitan ini adalah surganya Goa. Uniknya lagi, masing – masing Goa di Pacitan ini memiliki kharakteristik khas masing – masing, seperti misalnya Goa Tabuhan yang akan saya ceritakan di artikel ini.

Goa Tabuhan terletak di Dusun Tabuhan, Desa Wereng, Kecamatan Punung, Pacitan, dan berjarak sekitar 40 km dari Kota Pacitan. Sedangkan menurut asalnya, nama Tabuhan berasal dari kata tabuh yang berarti membunyikan alat musik pukul. Tempat ini pun ramai dikunjungi oleh wisatawan, karena keajaiban alam inilah yang menarik rasa penasaran dan decak kagum wisatawan.

Akses jalan menuju Goa Tabuhan tergolong mulus beraspal dan nyaris tanpa hambatan sehingga perjalanan terasa nyaman sambil menikmati suasana pedesaan di daeah Punung yang asri. Suasana di dalam goa relatif sejuk. Agar perjalanan anda tidak terganggu, anda bisa memanfaatkan senter sebagai penerang jalan anda masuk Goa.

Setelah memasuki Goa, pemandangan stalagmit dan stalagtit yang seperti ukiran akan menemani perjalanan anda, dan menurut sumber masyarakat setempat, salah satu bagian didalam Goa di yakini sebagai tempat bertapa oleh Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya. Ini dapat dilihat dari adanya sebuah ruangan kecil yang di ujung goa yang diyakini dipakai sebagai tempat bertapa.

Setibanya di Gua Tabuhan, Anda harus melewati beberapa puluh anak tangga dan memasuki lubang gua yang besar. Sebelum masuk, ada baiknya Anda membaca peta dan sejarah gua ini di depan pintu masuknya. Anda juga bisa menyewa beberapa pemandu. Suasana yang gelap, licin dan lembab akan Anda rasakan seketika memasuki gua tersebut. Stalaktit dan stalagmitnya menghiasi Gua Tabuhan. Jalannya pun cukup licin, maka berhati-hatilah. Akan tetapi, di sana terdapat tiang dan juga cahaya penerangan yang memadai.

Berjalan lebih ke dalam, Anda dapat melihat keajaiban Gua Tabuhan. Di sanalah para seniman memainkan alunan musik gamelan Jawa. Tidak dengan gendang atau alat musik lainnya, tapi dengan memukul dan memainkan stalaktit dan stalagmit! Sungguh ajaib. Para seniman begitu syahdu memainkan stalaktit dan stalagmit yang seolah alat musik tersebut. Irama musik khas gamelan Jawa pun akan menambah rasa kagum Anda terhadap musik yang berasal dari alam.

Jumat, 14 Desember 2012

Bunga Nasional Korea Utara berasal dari Indonesia


Tahukah Kamu Bahwa Bunga Nasional Korea Utara Berasal dari Indonesia?

Pada tanggal 13 April 1965, Presiden Korea Utara saat itu, Kim Il Sung melakukan kunjungan diplomatik ke Indonesia seraya mengunjungi rekannya Presiden Soekarno. Untuk menyenangkan tamunya, maka Soekarno mengajak Kim Il Sung berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor untuk menikmati berbagai macam keindahan bunga khas Indonesia. Ketika mereka berdua melewati suatu varian tanaman anggrek yang sedang mekar, Kim Il Sung tampak begitu terpesona dengan anggrek asal Sulawesi Selatan tersebut. Melihat tamunya tertarik dengan bunga tersebut, maka Soekarno memberikan anggrek tersebut pada Kim Il Sung sebagai hadiah ulang tahun, karena kebetulan hari lahir Kim Il Sung jatuh pada tanggal 15 April.

Kim Il Sung mengungkapkan bahwa anggrek itu begitu indah pada saat mekar dan warna merah muda yang indah menunjukkan keanggunan dan martabatnya. Kemudian Soekarno mengatakan bahwa anggrek itu belum mempunyai nama. Soekarno pun berinisiatif memberi nama anggrek itu sesuai nama Kim Il Sung. Maka sejak saat itu nama anggrek itu adalah Kimilsungia atau dalam Bahasa Korea disebut Kimilsunghwa (bunga Kim Il Sung).

Anggrek itu pun dibawa ke Korea untuk dirawat dan dikembangbiakkan sehingga kualitasnya semakin baik. Menurut beberapa sumber, Kimilsungia dapat memiliki 7 kuntum tiap tangkai di Korea , sedangkan di Indonesia rata-rata hanya memiliki 3 kuntum. Kemudian Kimilsungia pun ditetapkan sebagai bunga nasional Korea Utara. Untuk mengenang hubungan baik kedua negara, mulai tahun 1999 di adakan Festival Bunga Kimilsungia yang berlangsung setiap tahun di bulan April. Dalam festival ini segala macam varian bunga terutama anggrek dipamerkan. 

Diplomasi ala bunga ini menjadikan Indonesia memiliki tempat istimewa di hati rakyat Korea Utara. Bahkan Pemerintah Indonesia adalah satu-satunya pihak yang mendapat kehormatan untuk menyampaikan kata sambutan tiap festival ini berlangsung. Diplomasi ala Bunga ini juga membuat hubungan Indonesia dan Korea Utara menjadi dekat sehingga hingga saat ini Indonesia dan Korea Utara sering melakukan pertukaran budaya. Tak heran bahwa bunga Kimilsungia dianggap juga sebagai simbol persahabatan Indonesia dan Korea. Diplomasi ala Bunga yang unik ya, teman-teman. Bagaimana menurutmu? :)

Sabtu, 08 Desember 2012

Warna Bendera Merah Putih, Bukan Didapat Secara Tidak Sengaja



Tahukah kamu bahwa warna bendera merah putih Indonesia bukan secara tidak sengaja didapat karena menyobek bendera Belanda?

Photo: Tahukah kamu bahwa warna bendera merah putih Indonesia bukan secara tidak sengaja didapat karena menyobek bendera Belanda?

warna bendera merah putih dikabarkan tidak hanya secara tidak sengaja didapat karena menyobek bendera Belanda seperti yang dinyatakan dalam sejarah, namun pada kenyataannya warna merah putih bendera kita merupakan warna asli Indonesia yang telah didapatkan lama sebelum peristiwa perobekan bendera Belanda di hotel Yamato,faktanya adalah:

 1. Warna Merah Putih diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji2 Merah Putih.
2. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna Merah Putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna Putih dengan dasar Merah Menyala dan Putih. Warna Merah & Putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
3. Ketika terjadi Perang Aceh, pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul2 dengan warna Merah & Putih, berlatar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta ayat suci Al Qur’an.
4. Di zaman kerajaan Bugis Bone, bendera Merah Putih adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
5. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji2 berwarna Merah Putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
6. Bendera yg dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda.
7. Sang Saka Merah Putih yg dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno, pada tahun 1944, berukuran 276 x 200 cm.

untuk masalah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, itu terjadi jauh setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 19 September 1945. Sedangkan pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita sudah mengibarkan bendera Merah Putih. Jadi, tidak benar Merah Putih kita adalah hasil menyobek bendera Belanda

jadi makin bangga deh sama Indonesia :D
Warna bendera merah putih dikabarkan tidak hanya secara tidak sengaja didapat karena menyobek bendera Belanda seperti yang dinyatakan dalam sejarah, namun pada kenyataannya warna merah putih bendera kita merupakan warna asli Indonesia yang telah didapatkan lama sebelum peristiwa perobekan bendera Belanda di hotel Yamato,faktanya adalah:

1. Warna Merah Putih diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji2 Merah Putih.
2. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna Merah Putih sebagai warna benderanya, bergambar pedang kembar warna Putih dengan dasar Merah Menyala dan Putih. Warna Merah & Putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
3. Ketika terjadi Perang Aceh, pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul2 dengan warna Merah & Putih, berlatar pedang, bulan sabit, matahari dan bintang serta ayat suci Al Qur’an.
4. Di zaman kerajaan Bugis Bone, bendera Merah Putih adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
5. Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji2 berwarna Merah Putih dalam perjuangannya melawan Belanda.
6. Bendera yg dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda.
7. Sang Saka Merah Putih yg dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945dijahit oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno, pada tahun 1944, berukuran 276 x 200 cm.

untuk masalah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, itu terjadi jauh setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 19 September 1945. Sedangkan pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita sudah mengibarkan bendera Merah Putih. Jadi, tidak benar Merah Putih kita adalah hasil menyobek bendera Belanda

Jadi makin bangga deh sama Indonesia :D

Kesenian Indonesia Jaranan Indonesia telah Go Internasional


Tahukah Kamu Jika Kesenian Indonesia Jaranan Kuda Telah 'Go International'?

Bukan cuma grup musik tenar seperti Noah, Gigi atau Dewa 19 saja yang bisa manggung di luar negeri, kesenian tradional Indonesia pun laris diundang manggung di mancanegara. Tak percaya? Simak cerita berikut ini, dari Bern, Swiss.

Hujan yang turun dari pagi hari pada Sabtu (29/9/2012) tidak mengurungkan niat pendududuk ibukota Swiss, Bern, untuk datang meramaikam "Amazing Asia Event" yang digelar selama 2 hari dan berakhir pada hari Minggu sekitar jam 21.00 waktu setempat.

Acara yang digelar setiap tahun ini diikuti oleh warga Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam, India, Srilanka, China dan Nepal yang bermukim di berbagai Kanton di Swiss.

Photo: Tahukah Kamu Jika Kesenian Indonesia Jaranan Kuda Telah  'Go International'?

Bukan cuma grup musik tenar seperti Noah, Gigi atau Dewa 19 saja yang bisa manggung di luar negeri, kesenian tradional Indonesia pun laris diundang manggung di mancanegara. Tak percaya? Simak cerita berikut ini, dari Bern, Swiss.

Hujan yang turun dari pagi hari pada Sabtu (29/9/2012) tidak mengurungkan niat pendududuk ibukota Swiss, Bern, untuk datang meramaikam "Amazing Asia Event" yang digelar selama 2 hari dan berakhir pada hari Minggu sekitar jam 21.00 waktu setempat.

Acara yang digelar setiap tahun ini diikuti oleh warga Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam, India, Srilanka, China dan Nepal yang bermukim di berbagai Kanton di Swiss.

Partisipasi Indonesia untuk yang kedua kalinya ini tidak tanggung-tanggung, dengan mendatangkan langsung 2 penari dari Padepokan Tari Parmin Ras, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dengan menampilkan 2 tarian yang diambil langsung dari tarian rakyat Kabupaten Lumajang: Jaranan Kuda Lompat dan Tari Topeng Kaliwungu, yang menurut Parmin Ras kedua tarian ini dikembangkan di padepokan yang dipimpinnya.

Selain tarian dari Jawa Timur, Indonesia juga menampilkan tari-tarian dari daerah Bali yang disumbangkan oleh warga Indonesia yang bermukim di Swiss.

Menurut Ketua Penyelenggara Sven Gruenig, acara ini digelar sebagai upaya untuk memperkenalkan budaya Asia, melalui pementasan Kesenian, Wisata Kuliner serta memperkenalkan produk-produk Khas Asia. Selain itu pula acara ini juga untuk memperlihatkan bahwa warga Asia di Swiss dapat berintegritas dengan warga setempat.

Ribuan warga datang memenuhi lapangan Waisenhausplatz yang berada di tengah kota Bern, dan mencapai puncaknya pada minggu siang. Yang menarik juga adalah penampilan ilmu bela diri dari China yang juga mendapatkan sambutan meriah, terutama dari remaja Swiss.

Di sudut lain warung tenda Indonesia menampilkan stand perhiasan Mutiara Indonesia yang berasal dari daerah Lombok, Sumbawa dan Flores, yang di-impor oleh Sinta Lehmann Pearl, sebuah perusahaan yang khusus mengimpor mutiara Indonesia untuk dapat dipasarkan di Swiss,
Menurut Susie Lehmann, salah satu Direktur Sinta Lehmann Pearl, mutiara Indonesia mempunyai kwalitas yang bagus dan tidak mengalami kesulitan untuk dapat dipasarkan di Swiss.

Selain kwalitas tinggi, hargapun dapat bersaing dengan mutiara dari Tahiti sehingga banyak diminati. Namun demikian penjualan mutiara ini harus disertai dengan tehnik yang jitu sambil menjelaskan tentang proses natural dalam penciptaan mutiara, mengingat warga swiss sangat menaruh perhatian besar terhadap lingkungan.

Sedangkan Parmin Ras sendiri selain berpartisipasi dalam panggung budaya ini, juga memberikan pelatihan singkat di KBRI Bern pada Jumat (28/09/2012) tentang gerak dasar tari traidisional Lumajang dan yang tidak kalah pentingnya adalah pelatihan dasar tehnik pernapasan.

Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Djoko Susilo yang ikut berbaur dengan warga lainnya yang hadir, nampak sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan warga Swiss tentang tarian asal Jawa Timur yang tampil sangat dinamis dan memukau warga setempat.

Pengirim:
Mohammad Budiman Wiriakusumah
Secretary to The Indonesian Ambassador
and Information, Sociocultural
(Pensosbud) in Switzerland

sumber: tribunnews.comPartisipasi Indonesia untuk yang kedua kalinya ini tidak tanggung-tanggung, dengan mendatangkan langsung 2 penari dari Padepokan Tari Parmin Ras, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dengan menampilkan 2 tarian yang diambil langsung dari tarian rakyat Kabupaten Lumajang: Jaranan Kuda Lompat dan Tari Topeng Kaliwungu, yang menurut Parmin Ras kedua tarian ini dikembangkan di padepokan yang dipimpinnya.

Selain tarian dari Jawa Timur, Indonesia juga menampilkan tari-tarian dari daerah Bali yang disumbangkan oleh warga Indonesia yang bermukim di Swiss.

Menurut Ketua Penyelenggara Sven Gruenig, acara ini digelar sebagai upaya untuk memperkenalkan budaya Asia, melalui pementasan Kesenian, Wisata Kuliner serta memperkenalkan produk-produk Khas Asia. Selain itu pula acara ini juga untuk memperlihatkan bahwa warga Asia di Swiss dapat berintegritas dengan warga setempat.

Ribuan warga datang memenuhi lapangan Waisenhausplatz yang berada di tengah kota Bern, dan mencapai puncaknya pada minggu siang. Yang menarik juga adalah penampilan ilmu bela diri dari China yang juga mendapatkan sambutan meriah, terutama dari remaja Swiss.

Di sudut lain warung tenda Indonesia menampilkan stand perhiasan Mutiara Indonesia yang berasal dari daerah Lombok, Sumbawa dan Flores, yang di-impor oleh Sinta Lehmann Pearl, sebuah perusahaan yang khusus mengimpor mutiara Indonesia untuk dapat dipasarkan di Swiss,
Menurut Susie Lehmann, salah satu Direktur Sinta Lehmann Pearl, mutiara Indonesia mempunyai kwalitas yang bagus dan tidak mengalami kesulitan untuk dapat dipasarkan di Swiss.

Selain kwalitas tinggi, hargapun dapat bersaing dengan mutiara dari Tahiti sehingga banyak diminati. Namun demikian penjualan mutiara ini harus disertai dengan tehnik yang jitu sambil menjelaskan tentang proses natural dalam penciptaan mutiara, mengingat warga swiss sangat menaruh perhatian besar terhadap lingkungan.

Sedangkan Parmin Ras sendiri selain berpartisipasi dalam panggung budaya ini, juga memberikan pelatihan singkat di KBRI Bern pada Jumat (28/09/2012) tentang gerak dasar tari traidisional Lumajang dan yang tidak kalah pentingnya adalah pelatihan dasar tehnik pernapasan.

Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Djoko Susilo yang ikut berbaur dengan warga lainnya yang hadir, nampak sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan warga Swiss tentang tarian asal Jawa Timur yang tampil sangat dinamis dan memukau warga setempat.

Pengirim:
Mohammad Budiman Wiriakusumah
Secretary to The Indonesian Ambassador
and Information, Sociocultural
(Pensosbud) in Switzerland

Knalpot Mercedez Benz Ternyata Dibuat oleh Anak Bangsa


Tahukah Kamu Jika Knalpot Mercedes Benz Dibuat Oleh Anak Bangsa?

Pengalaman bisa mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Buktinya, dengan semangat tidak pernah berhenti mencoba, Agus Adi Atmaja sukses menjadi pengusaha knalpot di Purbalingga. Salah satu pelanggannya adalah Mercedes Benz. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah inilah yang mengilhami Agus Adi Atmaja hingga sukses menjadi pengusaha knalpot mobil ternama. Buktinya, knalpot buatan Agus dipakai produsen mobil sekelas Mercedes Benz. Ini semua berkat seabrek pengalaman yang dijalaninya sejak muda.

Photo: Tahukah Kamu Jika Knalpot Mercedes Benz Dibuat Oleh Anak Bangsa?

Pengalaman bisa mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Buktinya, dengan semangat tidak pernah berhenti mencoba, Agus Adi Atmaja sukses menjadi pengusaha knalpot di Purbalingga. Salah satu pelanggannya adalah Mercedes Benz. Seperti kata pepatah, pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah inilah yang mengilhami Agus Adi Atmaja hingga sukses menjadi pengusaha knalpot mobil ternama. Buktinya, knalpot buatan Agus dipakai produsen mobil sekelas Mercedes Benz. Ini semua berkat seabrek pengalaman yang dijalaninya sejak muda.

“Dari dulu saya memang senang mencoba apa saja,” ujar lelaki kelahiran Purbalingga, 41 tahun lalu ini. Waktu muda, bukannya rajin menjalani kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), lelaki lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan teknik ini malah lebih senang melakukan kegiatan di luar kampus. “Saya merasa bosan. Gara-gara jarang kuliah, enam bulan langsung drop out (DO),” kenang Agus. Setelah di-DO pada 1988, jiwa petualangan Agus mengantarkannya ke Yogyakarta.

Di Kota Gudeg itu, Agus berniat kuliah di Jurusan Seni Kriya Institut Seni Yogyakarta (ISI). Namun, Agus ditolak karena alasan dasar pendidikannya adalah ilmu teknik di SMK. Usai ditolak ISI, Agus malah nongkrong di Jogja dan tidak pulang ke Purbalingga. “Saya sempat jualan suvenir di Malioboro,” kenang Agus. Hanya tahan selama enam bulan di Jogja, Agus lantas berkelana ke Semarang. Di sini, Agus menjajal segala macam kegiatan yang bisa menghasilkan uang. “Setelah puas mengumpulkan pengalaman, saya kembali ke Purbalingga pada tahun 1992,” kata Agus seperti dikutip dari Tabloid Kontan.

Sempat menganggur selama empat tahun, Agus mendapat ide mendirikan bengkel knalpot. “Saat itu, saya lihat bisnis knalpot di Purbalingga mulai tumbuh dan menjanjikan,” ujar bapak dua anak ini. Dengan modal duit Rp 35 juta dari tabungan miliknya, Agus membeli empat mesin pres logam manual, bahan baku pelat galvanis, dan membuat cetakan. Dengan mempekerjakan tiga orang pegawai, Agus mulai membuat knalpot.

“Waktu itu, saya baru membantu mengerjakan pesanan teman,” tutur lelaki yang hobi memancing ini. Ternyata, knalpot dan variasi knalpot buatannya lumayan bagus dan disukai konsumen. Saban bulan, Agus menghasilkan 100 unit knalpot dan variasi dengan harga berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 100.000 per unit.

Usaha knalpot Agus semakin dikenal luas dari mulut ke mulut. Konsumen yang memesan langsung ke bengkelnya pun semakin banyak. Agar mudah dikenal, Agus pun memberi nama bengkel knalpotnya Van Volker Enterprise. Tak disangka, usaha Agus yang dulunya kecil-kecilan semakin besar. Produksi knalpot dan variasi Van Volker pun terus meningkat hingga mencapai 600 unit sebulan. Krisis moneter yang menghantam Indonesia tahun 1998-1999 tidak menyurutkan bisnis knalpot Agus.

Sekian lama membuat knalpot dan variasi dari galvanis, Agus lalu beralih ke bahan baku stainless steel. Karena pembuatan knalpot stainless steel lebih sulit dan lama, produksi Van Volker pun berkurang, jadi hanya 100 unit sebulan. Namun, dengan harga jual knalpot baja tahan karat yang lebih mahal, omzet usaha Agus cenderung menanjak. “Karena, tren permintaan knalpot stainless steel lebih menjanjikan,” ujar Agus.

Selain mobil-mobil pabrikan Jepang, knalpot dan variasi stainless steel itu umumnya dipakai mobil-mobil Eropa berkelas semisal Mercedes Benz dan BMW. “Jadi, kami menyasar pangsa pasar menengah ke atas,” tukas Agus. Berbagi pesanan Ternyata, keputusan Agus beralih ke knalpot stainless steel tak salah. Pasalnya, pada tahun 2007, Agus kedatangan tamu dari Jerman yang mendengar soal knalpot buatan Agus. Perwakilan dari Mercedes Benz Jerman itu ternyata memesan knalpot Van Volker sebanyak 1.000 unit.

Jadilah Agus meneken kontrak pembuatan 1.000 unit knalpot Mercedes Benz dengan harga Rp 2 juta per unit (satu unit terdiri dari dua bagian). “Jadi, knalpot buatan saya dipakai di mobil Mercedes yang beredar di luar negeri. Tidak di Indonesia,” tandas Agus. Selain mengerjakan pesanan Mercedes, Agus tetap menyasar pasar dalam negeri. Saban bulan, dengan bantuan 9 pegawai, Agus menjual 700 unit knalpot ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Hingga, ke Kalimantan dan Sumatra.

Agus membanderol knalpot dan variasi untuk pangsa pasar lokal itu antara Rp 25.000 hingga Rp 250.000 per unit. Omzet yang ia kantongi saban bulan sekitar Rp 120 juta dengan margin keuntungan 10%–30%. Namun, Agus tidak mau kemaruk. Ia tidak ingin sendirian menikmati pesanan knalpot dari pabrikan besar. “Saya juga mengorder sebagian pesanan ke teman-teman,” katanya. Misalnya saja, baru-baru ini PT Astra Honda Motor (AHM) datang ke Purbalingga dan berencana memesan knalpot. Karena harus memenuhi pelanggan tetap, Agus malah merekomendasikan pengusaha lain untuk produsen motor itu.

ilustrasi gambar : okezone otomotive
sumber tulisan : Ciputraworld.com

“Dari dulu saya memang senang mencoba apa saja,” ujar lelaki kelahiran Purbalingga, 41 tahun lalu ini. Waktu muda, bukannya rajin menjalani kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), lelaki lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan teknik ini malah lebih senang melakukan kegiatan di luar kampus. “Saya merasa bosan. Gara-gara jarang kuliah, enam bulan langsung drop out (DO),” kenang Agus. Setelah di-DO pada 1988, jiwa petualangan Agus mengantarkannya ke Yogyakarta.

Di Kota Gudeg itu, Agus berniat kuliah di Jurusan Seni Kriya Institut Seni Yogyakarta (ISI). Namun, Agus ditolak karena alasan dasar pendidikannya adalah ilmu teknik di SMK. Usai ditolak ISI, Agus malah nongkrong di Jogja dan tidak pulang ke Purbalingga. “Saya sempat jualan suvenir di Malioboro,” kenang Agus. Hanya tahan selama enam bulan di Jogja, Agus lantas berkelana ke Semarang. Di sini, Agus menjajal segala macam kegiatan yang bisa menghasilkan uang. “Setelah puas mengumpulkan pengalaman, saya kembali ke Purbalingga pada tahun 1992,” kata Agus seperti dikutip dari Tabloid Kontan.

Sempat menganggur selama empat tahun, Agus mendapat ide mendirikan bengkel knalpot. “Saat itu, saya lihat bisnis knalpot di Purbalingga mulai tumbuh dan menjanjikan,” ujar bapak dua anak ini. Dengan modal duit Rp 35 juta dari tabungan miliknya, Agus membeli empat mesin pres logam manual, bahan baku pelat galvanis, dan membuat cetakan. Dengan mempekerjakan tiga orang pegawai, Agus mulai membuat knalpot.

“Waktu itu, saya baru membantu mengerjakan pesanan teman,” tutur lelaki yang hobi memancing ini. Ternyata, knalpot dan variasi knalpot buatannya lumayan bagus dan disukai konsumen. Saban bulan, Agus menghasilkan 100 unit knalpot dan variasi dengan harga berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 100.000 per unit.

Usaha knalpot Agus semakin dikenal luas dari mulut ke mulut. Konsumen yang memesan langsung ke bengkelnya pun semakin banyak. Agar mudah dikenal, Agus pun memberi nama bengkel knalpotnya Van Volker Enterprise. Tak disangka, usaha Agus yang dulunya kecil-kecilan semakin besar. Produksi knalpot dan variasi Van Volker pun terus meningkat hingga mencapai 600 unit sebulan. Krisis moneter yang menghantam Indonesia tahun 1998-1999 tidak menyurutkan bisnis knalpot Agus.

Sekian lama membuat knalpot dan variasi dari galvanis, Agus lalu beralih ke bahan baku stainless steel. Karena pembuatan knalpot stainless steel lebih sulit dan lama, produksi Van Volker pun berkurang, jadi hanya 100 unit sebulan. Namun, dengan harga jual knalpot baja tahan karat yang lebih mahal, omzet usaha Agus cenderung menanjak. “Karena, tren permintaan knalpot stainless steel lebih menjanjikan,” ujar Agus.

Selain mobil-mobil pabrikan Jepang, knalpot dan variasi stainless steel itu umumnya dipakai mobil-mobil Eropa berkelas semisal Mercedes Benz dan BMW. “Jadi, kami menyasar pangsa pasar menengah ke atas,” tukas Agus. Berbagi pesanan Ternyata, keputusan Agus beralih ke knalpot stainless steel tak salah. Pasalnya, pada tahun 2007, Agus kedatangan tamu dari Jerman yang mendengar soal knalpot buatan Agus. Perwakilan dari Mercedes Benz Jerman itu ternyata memesan knalpot Van Volker sebanyak 1.000 unit.

Jadilah Agus meneken kontrak pembuatan 1.000 unit knalpot Mercedes Benz dengan harga Rp 2 juta per unit (satu unit terdiri dari dua bagian). “Jadi, knalpot buatan saya dipakai di mobil Mercedes yang beredar di luar negeri. Tidak di Indonesia,” tandas Agus. Selain mengerjakan pesanan Mercedes, Agus tetap menyasar pasar dalam negeri. Saban bulan, dengan bantuan 9 pegawai, Agus menjual 700 unit knalpot ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Hingga, ke Kalimantan dan Sumatra.

Agus membanderol knalpot dan variasi untuk pangsa pasar lokal itu antara Rp 25.000 hingga Rp 250.000 per unit. Omzet yang ia kantongi saban bulan sekitar Rp 120 juta dengan margin keuntungan 10%–30%. Namun, Agus tidak mau kemaruk. Ia tidak ingin sendirian menikmati pesanan knalpot dari pabrikan besar. “Saya juga mengorder sebagian pesanan ke teman-teman,” katanya. Misalnya saja, baru-baru ini PT Astra Honda Motor (AHM) datang ke Purbalingga dan berencana memesan knalpot. Karena harus memenuhi pelanggan tetap, Agus malah merekomendasikan pengusaha lain untuk produsen motor itu.

Alasan Soekarno Memilih Tanggal 17 untuk Proklamasi


Tahukah Kamu Mengapa Soekarno Memilih Tanggal 17 Untuk Proklamasi ?

Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan waktu yang sakral bagi bangsa Indonesia. Pada waktu tersebut, Presiden pertama RI, Soekarno dengan wakilnya Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang sekaligus menjadi tonggak baru perjalanan bangsa yang terdiri dari bermacam suku ini.

Berbekal secarik kertas yang berisi tulisan tangan naskah proklamasi, Bung Karno dengan didampingi Moch Hatta, mengumandangkan proklamasi tanda lepasnya bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing.

Photo: Tahukah Kamu Mengapa Soekarno Memilih Tanggal 17 Untuk Proklamasi ?

Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan waktu yang sakral bagi bangsa Indonesia. Pada waktu tersebut, Presiden pertama RI, Soekarno dengan wakilnya Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang sekaligus menjadi tonggak baru perjalanan bangsa yang terdiri dari bermacam suku ini.

Berbekal secarik kertas yang berisi tulisan tangan naskah proklamasi, Bung Karno dengan didampingi Moch Hatta, mengumandangkan proklamasi tanda lepasnya bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing.

Namun, pemilihan tanggal 17 Agustus sebagai waktu dibacakannya proklamasi bukanlah tanpa alasan. Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, diceritakan alasan Presiden Soekarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan salah satunya adalah karena Bung Karno mempercayai mistik.

Alasan itu disampaikan Bung Karno saat berdiskusi dengan para pemuda, salah satunya adalah Sukarni, pada 16 Agustus 1945. Saat itu Bung Karno dan Bung Hatta 'diculik' oleh kaum pemuda ke sebuah tempat di Rengasdengklok, Karawang.

'Penculikan' itu dilakukan untuk menekan kedua proklamator itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa ada embel - embel Jepang.

"Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17," kata Bung Karno.

Mendengar pernyataan Bung Karno, Sukarni lantas bertanya. "Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?" tanya Sukarni.

Bung Karno lantas menjelaskan alasannya memilih tanggal 17 sebagai waktu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik."

"Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci."

"Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata Soekarno seperti ditulis Lasmidjah Hardi.

Kemudian pada sore harinya, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput kembali menuju Jakarta, setelah tercapainya kesepakatan antara golongan muda dan tua. Saat itu, salah seorang perwakilan golongan tua, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada, proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945, selambat - lambatnya pukul 12.00 WIB.

Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya kembali ke Jakarta. Singkat cerita, setelah melewati sejumlah proses dan peristiwa, kumandang proklamasi akhirnya diproklamirkan Bung Karno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta, pada pukul 10.00 WIB.
sumber: kawi
Namun, pemilihan tanggal 17 Agustus sebagai waktu dibacakannya proklamasi bukanlah tanpa alasan. Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, diceritakan alasan Presiden Soekarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan salah satunya adalah karena Bung Karno mempercayai mistik.

Alasan itu disampaikan Bung Karno saat berdiskusi dengan para pemuda, salah satunya adalah Sukarni, pada 16 Agustus 1945. Saat itu Bung Karno dan Bung Hatta 'diculik' oleh kaum pemuda ke sebuah tempat di Rengasdengklok, Karawang.

'Penculikan' itu dilakukan untuk menekan kedua proklamator itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa ada embel - embel Jepang.

"Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17," kata Bung Karno.

Mendengar pernyataan Bung Karno, Sukarni lantas bertanya. "Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?" tanya Sukarni.

Bung Karno lantas menjelaskan alasannya memilih tanggal 17 sebagai waktu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik."

"Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci."

"Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata Soekarno seperti ditulis Lasmidjah Hardi.

Kemudian pada sore harinya, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput kembali menuju Jakarta, setelah tercapainya kesepakatan antara golongan muda dan tua. Saat itu, salah seorang perwakilan golongan tua, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada, proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945, selambat - lambatnya pukul 12.00 WIB.

Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya kembali ke Jakarta. Singkat cerita, setelah melewati sejumlah proses dan peristiwa, kumandang proklamasi akhirnya diproklamirkan Bung Karno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta, pada pukul 10.00 WIB.

Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Orang Indonesia


Tahukah Kamu Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Orang Indonesia?

Zubir Said (lahir di Bukittinggi, Indonesia, 22 Juli 1907 – meninggal di Singapura, 16 November 1987 pada umur 80 tahun) adalah seorang penggubah musik untuk film dan juga pencipta lagu kebangsaan Singapura, "Majulah Singapura". Ia dipercaya telah menggubah lebih kurang 1.000 buah lagu.

Photo: Tahukah Kamu Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Orang Indonesia?

Zubir Said (lahir di Bukittinggi, Indonesia, 22 Juli 1907 – meninggal di Singapura, 16 November 1987 pada umur 80 tahun) adalah seorang penggubah musik untuk film dan juga pencipta lagu kebangsaan Singapura, "Majulah Singapura". Ia dipercaya telah menggubah lebih kurang 1.000 buah lagu.

PESERTA PELATIHAN MEDIA CORP ASAL Indonesia terperangah dengan penjelasan Menteri Negara Senior Urusan Luar Negeri Singapura, Zainul Abidin Rasheed. Di tengah kunjungan peserta pelatihan ke Istana Kampong Gelam Singapura, Senin, Zainul yang berdiri di samping sebuah patung manusia menjelaskan asal-usul patung tersebut. Menurut Zainul, itulah patung Zubir Said, pencipta lagu kebangsaan Singapura yang berasal dari Indonesia (Minang).

Kantor berita Antara, sayangnya tak menjelaskan bagaimana keterkejutan para peserta pelatihan asal Indonesia mendengar penjelasan Zainul itu kecuali hanya mengutip pernyataan Zainul. Menurut Zainul, Zubir Said telah memberikan kontribusi yang sangat berarti atau fundamental bagi Singapura yang didiami warga negara dari multi bangsa. Itu saja.

Bagi sebagian orang termasuk para peserta pelatihan itu, informasi Zainul mungkin memang mengejutkan meskipun berita itu sudah lama diketahui oleh sebagian yang lain. Dua tahun lalu, dalam acara yang sama yang juga mengundang peserta dari Indonesia, Zainul sebetulnya juga sudah menjelaskan hal serupa. Namun penjelasan Zainul tak terlalu menarik perhatian orang, rupanya, hingga muncul berita seperti di Antara pada 12 Mei 2008.

Siapa Zubir Said? Lahir di Bukit Tinggi pada 22 Juli 1907, Zubir adalah anak dari Mohamad Said bin Sanang. Zubir baru berusia 7 tahun ketika ibunya meninggal dunia. Saudaranya berjumlah delapan; 3 laki-laki dan 5 perempuan. Sejak masa kanak, bakat Zubir bermain musik sudah terlihat ketika dia misalnya diketahui sangat piawai memainkan suling, gitar dan drum. Tak ada yang mengajari Zubir melainkan semuanya merupakakan bakat alam.

Sebelum merantau ke (pulau) Singapura pada 1928, Zubir diketahui pernah bersekolah di Belanda. Panggilan hatinya untuk bermusik, membuatnya meninggalkan Belanda meskipun pilihannya itu ditentang oleh sang ayah. Di Singapura, dia bergabung dengan Grup Bangsawan, sebuah kelompok opera yang para pemainnya berasal dari bangsa Melayu. Di kelompok itu Zubir tak bertahan lama, karena dia kemudian memutuskan bekerja untuk perusahaan rekaman His Master’s Voice pada 1936. Di perusahaan itulah, Zubir bertemu dengan Tarminah Kario Wikromo, perempuan Jawa yang dikenal sebagai penyanyi keroncong yang pada 1938 dipinangnya sebagai istri.

Zubir sebetulnya sempat pulang dan menetap kembali di Bukit Tinggi setelah menikah. Dia baru kembali ke Singapura pada 1941 dan terus menetap di sana hingga meninggal pada 1987. Masa kedua kehidupannya di Singapura, dia lewatkan dengan bekerja pada surat kabar Utusan Melayu sebagai fotografer dan penulis paruh waktu. Tujuannya semata agar dia punya kesempatan lebih banyak untuk bermain musik dan menuliskannya di surat kabar.

Karir musik Zubir mulai mentereng ketika pada 1957, untuk kali pertama karya musiknya dipentaskan untuk umum di Victoria Teater. Pada tahun berikutnya, Dewan Kota Singapura menetapkan salah satu komposisi Zubir sebagai lagu resmi kota Singapura. Lagu berjudul Majulah Singapura itulah yang belakangan kemudian ditetapkan menjadi lagu kebangsaan Singapura ketika negara itu merdeka pada 9 Agustus 1965.

Sebelum kemerdekaan Singapura itu, Zubir sudah mencipta beberapa lagu termasuk untuk soundtrack film yang dibuat oleh Cathay Keris. Salah satu lagu yang dibuat Zubir untuk film Dang Anom bahkan memenangi penghargaan Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan pada 1962. Beberapa komposer dan pengamat musik menilai karya Zubir sebagai lagu Melayu yang sebenarnya karena musiknya banyak berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai Melayu terutama Minang dan membangkitkan semangat kebangsaan pada 1950.

Sebelum penyakit kuning menderanya hingga dia meninggal pada 16 November 1987, Zubir diketahui telah membuat karya musik hingga 1.500 judul. Lagu-lagu itu belum seluruhnya dipublikasikan karena Zubir terlalu serius mengajar seniman-seniman muda tentang seni musik daripada mengurusi rekaman lagu-lagunya. Lagu-lagu ciptaan Zubir yang terkenal antara lain, Sang Rembulan, Sayang Disayang, Cinta, Selamat Berjumpa Lagi, Nasib Malang, Anak Daro, Setangkai Kembang Melati, dan Kumang dan Rama-Rama.

Sejak 2003, pemerintah Singapura merenovasi Istana Kampong Gelam. Itulah istana peninggalan Sultan Ali, anak Sultan Hussein Shah dari Kesultanan Johor-Riau, yang dibuat pada lebih kurang 167 tahun silam. Sebelum diresmikan sebagai museum dan dibuka untuk umum pada 4 Juni 2005, renovasi istana menelan Sin $ 17 juta. Zainul adalah wakil ketua Yayasan Warisan Malaysia yang antara lain membawahi Istana Kampong Gelam. Istana yang terletak di Taman Warisan Melayu Singapura itulah, antara lain dipajang patung Zubir Said.

Setiap tahun, Singapura mengundang para wartawan termasuk dari Indonesia untuk mengunjungi istana tersebut tapi rupanya wartawan dari Indonesia yang kali ini datang ke sana, baru kali ini tahu bahwa pencipta lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura adalah Zubir Said, orang Indonesia berdarah Minang. Belum ada penjelasan, apakah Zubir meninggal sebagai warga negara Singapura, atau tetap berkebangsaan Indonesia.

sumber: http://www.serupedia.com/2012/07/pencipta-lagu-kebangsaan-singapura.htmlPESERTA PELATIHAN MEDIA CORP ASAL Indonesia terperangah dengan penjelasan Menteri Negara Senior Urusan Luar Negeri Singapura, Zainul Abidin Rasheed. Di tengah kunjungan peserta pelatihan ke Istana Kampong Gelam Singapura, Senin, Zainul yang berdiri di samping sebuah patung manusia menjelaskan asal-usul patung tersebut. Menurut Zainul, itulah patung Zubir Said, pencipta lagu kebangsaan Singapura yang berasal dari Indonesia (Minang).

Kantor berita Antara, sayangnya tak menjelaskan bagaimana keterkejutan para peserta pelatihan asal Indonesia mendengar penjelasan Zainul itu kecuali hanya mengutip pernyataan Zainul. Menurut Zainul, Zubir Said telah memberikan kontribusi yang sangat berarti atau fundamental bagi Singapura yang didiami warga negara dari multi bangsa. Itu saja.

Bagi sebagian orang termasuk para peserta pelatihan itu, informasi Zainul mungkin memang mengejutkan meskipun berita itu sudah lama diketahui oleh sebagian yang lain. Dua tahun lalu, dalam acara yang sama yang juga mengundang peserta dari Indonesia, Zainul sebetulnya juga sudah menjelaskan hal serupa. Namun penjelasan Zainul tak terlalu menarik perhatian orang, rupanya, hingga muncul berita seperti di Antara pada 12 Mei 2008.

Siapa Zubir Said? Lahir di Bukit Tinggi pada 22 Juli 1907, Zubir adalah anak dari Mohamad Said bin Sanang. Zubir baru berusia 7 tahun ketika ibunya meninggal dunia. Saudaranya berjumlah delapan; 3 laki-laki dan 5 perempuan. Sejak masa kanak, bakat Zubir bermain musik sudah terlihat ketika dia misalnya diketahui sangat piawai memainkan suling, gitar dan drum. Tak ada yang mengajari Zubir melainkan semuanya merupakakan bakat alam.

Sebelum merantau ke (pulau) Singapura pada 1928, Zubir diketahui pernah bersekolah di Belanda. Panggilan hatinya untuk bermusik, membuatnya meninggalkan Belanda meskipun pilihannya itu ditentang oleh sang ayah. Di Singapura, dia bergabung dengan Grup Bangsawan, sebuah kelompok opera yang para pemainnya berasal dari bangsa Melayu. Di kelompok itu Zubir tak bertahan lama, karena dia kemudian memutuskan bekerja untuk perusahaan rekaman His Master’s Voice pada 1936. Di perusahaan itulah, Zubir bertemu dengan Tarminah Kario Wikromo, perempuan Jawa yang dikenal sebagai penyanyi keroncong yang pada 1938 dipinangnya sebagai istri.

Zubir sebetulnya sempat pulang dan menetap kembali di Bukit Tinggi setelah menikah. Dia baru kembali ke Singapura pada 1941 dan terus menetap di sana hingga meninggal pada 1987. Masa kedua kehidupannya di Singapura, dia lewatkan dengan bekerja pada surat kabar Utusan Melayu sebagai fotografer dan penulis paruh waktu. Tujuannya semata agar dia punya kesempatan lebih banyak untuk bermain musik dan menuliskannya di surat kabar.

Karir musik Zubir mulai mentereng ketika pada 1957, untuk kali pertama karya musiknya dipentaskan untuk umum di Victoria Teater. Pada tahun berikutnya, Dewan Kota Singapura menetapkan salah satu komposisi Zubir sebagai lagu resmi kota Singapura. Lagu berjudul Majulah Singapura itulah yang belakangan kemudian ditetapkan menjadi lagu kebangsaan Singapura ketika negara itu merdeka pada 9 Agustus 1965.

Sebelum kemerdekaan Singapura itu, Zubir sudah mencipta beberapa lagu termasuk untuk soundtrack film yang dibuat oleh Cathay Keris. Salah satu lagu yang dibuat Zubir untuk film Dang Anom bahkan memenangi penghargaan Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan pada 1962. Beberapa komposer dan pengamat musik menilai karya Zubir sebagai lagu Melayu yang sebenarnya karena musiknya banyak berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai Melayu terutama Minang dan membangkitkan semangat kebangsaan pada 1950.

Sebelum penyakit kuning menderanya hingga dia meninggal pada 16 November 1987, Zubir diketahui telah membuat karya musik hingga 1.500 judul. Lagu-lagu itu belum seluruhnya dipublikasikan karena Zubir terlalu serius mengajar seniman-seniman muda tentang seni musik daripada mengurusi rekaman lagu-lagunya. Lagu-lagu ciptaan Zubir yang terkenal antara lain, Sang Rembulan, Sayang Disayang, Cinta, Selamat Berjumpa Lagi, Nasib Malang, Anak Daro, Setangkai Kembang Melati, dan Kumang dan Rama-Rama.

Sejak 2003, pemerintah Singapura merenovasi Istana Kampong Gelam. Itulah istana peninggalan Sultan Ali, anak Sultan Hussein Shah dari Kesultanan Johor-Riau, yang dibuat pada lebih kurang 167 tahun silam. Sebelum diresmikan sebagai museum dan dibuka untuk umum pada 4 Juni 2005, renovasi istana menelan Sin $ 17 juta. Zainul adalah wakil ketua Yayasan Warisan Malaysia yang antara lain membawahi Istana Kampong Gelam. Istana yang terletak di Taman Warisan Melayu Singapura itulah, antara lain dipajang patung Zubir Said.

Setiap tahun, Singapura mengundang para wartawan termasuk dari Indonesia untuk mengunjungi istana tersebut tapi rupanya wartawan dari Indonesia yang kali ini datang ke sana, baru kali ini tahu bahwa pencipta lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura adalah Zubir Said, orang Indonesia berdarah Minang. Belum ada penjelasan, apakah Zubir meninggal sebagai warga negara Singapura, atau tetap berkebangsaan Indonesia.