Sabtu, 24 November 2012

Perancang Menara Kuala Lumpur Malysia ternyata Putra Indonesia


TAHUKAH KAMU PERANCANG MENARA KUALA LUMPUR TERNYATA ADALAH PUTRA INDONESIA SEJATI? 

Photo: TAHUKAH KAMU PERANCANG MENARA KUALA LUMPUR TERNYATA ADALAH PUTRA INDONESIA SEJATI? 

Menara Kuala Lumpur (KL) yang dimiliki oleh Malaysia saat ini, merupakan salah satu dari empat menara tertinggi di dunia. Menara KL yang puncaknya menyentuh angkasa 421 m, dibangun sejak tahun 1994 dan diresmikan penggunaannya oleh PM Dr. Mahathir Mohamad pada September 1996. Merupakan menara keempat tertinggi di dunia setelah Menara CN (Kanada, 553 m), Menara Ostankino (Rusia, 537 m), dan Menara Shanghai (China, 460 m). Bandingkan dengan ketinggian Monas, kebanggan masyarakat Indonesia yang menjulur 132 m ke udara.

Namun, Malaysia boleh berbangga dengan menaranya, karena kebanggaannya itu merupakan rancangan yang terlahir dari tangan "Ir. Achmad Moerdijat", salah satu putra terbaik Indonesia lulusan Insitut Teknologi Bandung (ITB), yang sudah sejak lama bermukim di negeri jiran itu.

Selain ketinggiannya, Menara KL memiliki keunikan, yaitu konstruksi bangunannya dirancang sedemikian rupa, sehingga bila terjadi gempa bumi atau angin ribut, menara ini dengan lentur mengikuti arah tiupan angin atau goyangan gempa hingga sejauh 1,5 m di bagian puncaknya. Dan jika gejala alam itu terjadi, orang yang sedang berada di dalamnya, tidak akan merasakan gerakan apa-apa, sejak menara itu condong hingga kembali ke posisi semula.

Pondasi Menara KL ini dibuat sampai kedalaman 117 m, membutuhkan semen sekitar 7.100 m³, dan selama dua minggu terus-menerus menuangkannya. Pembangunan menara yang mengisap dana tak kurang dari RM 250 juta (± Rp. 267,5 miliar) kala itu, digarap oleh kontraktor asal Jerman yang sudah berpengalaman, dan terkenal dengan karya-karya raksasanya sejak 1875. Berbobot mati 100.000 ton, Menara KL merupakan adikarya ke-11 perusahaan kontraktor tersebut.

Dengan luas lantai 7.700 m², pada dasar menara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu fondasi, badan, dan kepala menara, serta terbagi dalam tujuh tingkat dengan fungsi yang berlainan. Pintu utama menara terbuat dari batu marmer yang dipesan khusus sehingga mirip dengan pemandangan luar Taj Mahal di India.

Pada beberapa tempat di sekelilingnya dipasang kaca berkimia untuk mencegah masuknya polusi udara ke dalam menara. Mungkin juga termasuk jerebu alias asap yang mungkin datang lagi akibat kebakaran hutan di Indonesia.

Desain puncak menara yang berbentuk nenas itu di ilhami oleh nama kawasan Bukit Nenas, tempat menara didirikan. Bagian luar dan dalam puncak menara diberi sentuhan ukiran bercirikan Islami yang dibuat oleh para seniman dari Timur Tengah.

Ada 12 buah lampu yang mengelilingi menara, masing-masing berharga RM 1.500. Semuanya menyala selama 24 jam dan menyuguhkan keindangan tersendiri di waktu malam hari.


Ini masih salah satu hasil karya Putra Terbaik Indonesia di dalam perkembangan Malaysia dan tentunya masih banyak lagi hasil karya  warga Indonesia yang ada di negara-negara lain. Lalu bagaimana dengan putra-putri Indonesia yang ada di "rumah" sendiri?

Menara Kuala Lumpur (KL) yang dimiliki oleh Malaysia saat ini, merupakan salah satu dari empat menara tertinggi di dunia. Menara KL yang puncaknya menyentuh angkasa 421 m, dibangun sejak tahun 1994 dan diresmikan penggunaannya oleh PM Dr. Mahathir Mohamad pada September 1996. Merupakan menara keempat tertinggi di dunia setelah Menara CN (Kanada, 553 m), Menara Ostankino (Rusia, 537 m), dan Menara Shanghai (China, 460 m). Bandingkan dengan ketinggian Monas, kebanggan masyarakat Indonesia yang menjulur 132 m ke udara.

Namun, Malaysia boleh berbangga dengan menaranya, karena kebanggaannya itu merupakan rancangan yang terlahir dari tangan "Ir. Achmad Moerdijat", salah satu putra terbaik Indonesia lulusan Insitut Teknologi Bandung (ITB), yang sudah sejak lama bermukim di negeri jiran itu.

Selain ketinggiannya, Menara KL memiliki keunikan, yaitu konstruksi bangunannya dirancang sedemikian rupa, sehingga bila terjadi gempa bumi atau angin ribut, menara ini dengan lentur mengikuti arah tiupan angin atau goyangan gempa hingga sejauh 1,5 m di bagian puncaknya. Dan jika gejala alam itu terjadi, orang yang sedang berada di dalamnya, tidak akan merasakan gerakan apa-apa, sejak menara itu condong hingga kembali ke posisi semula.

Pondasi Menara KL ini dibuat sampai kedalaman 117 m, membutuhkan semen sekitar 7.100 m³, dan selama dua minggu terus-menerus menuangkannya. Pembangunan menara yang mengisap dana tak kurang dari RM 250 juta (± Rp. 267,5 miliar) kala itu, digarap oleh kontraktor asal Jerman yang sudah berpengalaman, dan terkenal dengan karya-karya raksasanya sejak 1875. Berbobot mati 100.000 ton, Menara KL merupakan adikarya ke-11 perusahaan kontraktor tersebut.

Dengan luas lantai 7.700 m², pada dasar menara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu fondasi, badan, dan kepala menara, serta terbagi dalam tujuh tingkat dengan fungsi yang berlainan. Pintu utama menara terbuat dari batu marmer yang dipesan khusus sehingga mirip dengan pemandangan luar Taj Mahal di India.

Pada beberapa tempat di sekelilingnya dipasang kaca berkimia untuk mencegah masuknya polusi udara ke dalam menara. Mungkin juga termasuk jerebu alias asap yang mungkin datang lagi akibat kebakaran hutan di Indonesia.

Desain puncak menara yang berbentuk nenas itu di ilhami oleh nama kawasan Bukit Nenas, tempat menara didirikan. Bagian luar dan dalam puncak menara diberi sentuhan ukiran bercirikan Islami yang dibuat oleh para seniman dari Timur Tengah.

Ada 12 buah lampu yang mengelilingi menara, masing-masing berharga RM 1.500. Semuanya menyala selama 24 jam dan menyuguhkan keindangan tersendiri di waktu malam hari.


Ini masih salah satu hasil karya Putra Terbaik Indonesia di dalam perkembangan Malaysia dan tentunya masih banyak lagi hasil karya warga Indonesia yang ada di negara-negara lain. Lalu bagaimana dengan putra-putri Indonesia yang ada di "rumah" sendiri?

1 comments:

Joyosasmitho mengatakan...

Tapi perancangnya tak dipublikasikan kalo orang indonesia

Posting Komentar