Sabtu, 24 November 2012

Rumah Kayu di Atas Laut Wakatobi


Photo: TAHUKAH KAMU RUMAH KAYU DI ATAS LAUT KHAS WAKATOBI?

Wakatobi merupakan pusat segitiga karang dunia dan diresmikan sebagai taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektar, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Bagi pecinta olahraga menyelam, Wakatobi menjanjikan eksotika dunia bawah air selain nama paten Bunaken atau Raja Ampat. 

Dalam kehidupannya, suku Bajo (penduduk mayoritas Wakatobi) mengenal empat kelompok masyarakat yang dibagi menurut kebiasaannya mencari ikan di laut. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Lilibu (yang melaut satu hingga dua hari), Papongka (melaut satu hingga dua minggu), Sakai (melaut satu hingga dua bulan), dan Lame (yang melaut hingga berbulan-bulan).

Secara garis besar, suku Bajo lebih banyak menghabiskan hidupnya dengan mendiami perahu-perahu yang mereka rancang sebagai tempat bermukim. Mereka menyebutnya Palemana atau rumah perahu. Tak salah jika selanjutnya suku ini digolongkan sebagai “Orang-orang Perahu”. Kayu yang mereka gunakan adalah jenis kayu besi, jadi kayu tersebut tidak akan rapuh bila terus-menerus terkena air. Bahkan semakin terkena air, semakin kuat kayunya.
Ada juga masyarakat yang hidup di atas rumah kayu yang terletak di meti atau kawasan pasang surut. Rumah tersebut dinamakan Sope-sope.

Namun saat ini sudah jarang penduduk Wakatobi yang masih bertempat tinggal di Sope-sope atau Palemana. Kebanyakan dari mereka telah mendirikan rumah yang terbuat dari bata dan semen. Selain karena adanya pengaruh globalisasi, mendapatkan kayu besi untuk bahan dasar rumah merupakan hal yang sangat susah, karena seperti yang kita ketahui penebangan liar sering sekali terjadi. Sudah sepantasnya bagi kita yang merupakan generasi muda turun berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam. Walaupun kita tidak bertempat tinggal langsung di Wakatobi, kita dapat memulai hal positif mulai dari hal-hal kecil seperti mengingatkan kepada orang-orang betapa pentingnya fungsi tumbuhan bagi kehidupan kita pada masa ini, dan untuk masa depan keturunan kita. :)

TAHUKAH KAMU RUMAH KAYU DI ATAS LAUT KHAS WAKATOBI?

Wakatobi merupakan pusat segitiga karang dunia dan diresmikan sebagai taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektar, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Bagi pecinta olahraga menyelam, Wakatobi menjanjikan eksotika dunia bawah air selain nama paten Bunaken atau Raja Ampat. 

Dalam kehidupannya, suku Bajo (penduduk mayoritas Wakatobi) mengenal empat kelompok masyarakat yang dibagi menurut kebiasaannya mencari ikan di laut. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Lilibu (yang melaut satu hingga dua hari), Papongka (melaut satu hingga dua minggu), Sakai (melaut satu hingga dua bulan), dan Lame (yang melaut hingga berbulan-bulan).

Secara garis besar, suku Bajo lebih banyak menghabiskan hidupnya dengan mendiami perahu-perahu yang mereka rancang sebagai tempat bermukim. Mereka menyebutnya Palemana atau rumah perahu. Tak salah jika selanjutnya suku ini digolongkan sebagai “Orang-orang Perahu”. Kayu yang mereka gunakan adalah jenis kayu besi, jadi kayu tersebut tidak akan rapuh bila terus-menerus terkena air. Bahkan semakin terkena air, semakin kuat kayunya.
Ada juga masyarakat yang hidup di atas rumah kayu yang terletak di meti atau kawasan pasang surut. Rumah tersebut dinamakan Sope-sope.

Namun saat ini sudah jarang penduduk Wakatobi yang masih bertempat tinggal di Sope-sope atau Palemana. Kebanyakan dari mereka telah mendirikan rumah yang terbuat dari bata dan semen. Selain karena adanya pengaruh globalisasi, mendapatkan kayu besi untuk bahan dasar rumah merupakan hal yang sangat susah, karena seperti yang kita ketahui penebangan liar sering sekali terjadi. Sudah sepantasnya bagi kita yang merupakan generasi muda turun berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam. Walaupun kita tidak bertempat tinggal langsung di Wakatobi, kita dapat memulai hal positif mulai dari hal-hal kecil seperti mengingatkan kepada orang-orang betapa pentingnya fungsi tumbuhan bagi kehidupan kita pada masa ini, dan untuk masa depan keturunan kita. :)

0 comments:

Posting Komentar